Situasi geopolitik di Timur Tengah semakin memanas ketika Iran menembakkan ratusan rudal ke wilayah Israel pada Sabtu lalu. Tindakan ini merupakan serangan langsung pertama dari Teheran ke Israel dan menjadi pembalasan terbaru Iran atas musuhnya.
Eskalasi ini dianggap berpotensi memicu perang dunia ketiga. Selama beberapa dekade terakhir, Israel dan Iran telah terlibat dalam perang bayangan di Timur Tengah, saling serang melalui darat, laut, udara, dan dunia maya.
Meskipun serangan Iran ke Israel hanya menimbulkan kerusakan ringan, itu merupakan serangan langsung pertama dari Iran ke Israel dari wilayahnya sendiri. Peristiwa ini memperburuk hubungan kedua negara, terutama setelah serangan Israel pada April terhadap konsulat Iran di Suria, yang menyebabkan kematian seorang komandan militer Iran.
Iran dilaporkan menembakkan sekitar 300 rudal dan drone, namun sebagian besar dicegat oleh sistem pertahanan Israel, didukung oleh AS, Inggris, Yordania, dan sekutu lainnya. Israel sedang mempertimbangkan kemungkinan balasan, tetapi akan dilakukan pada waktu yang tepat.
Dalam hal kekuatan militer, Iran berada di peringkat 14 dari 145 negara, sedangkan Israel berada di peringkat 17. Iran unggul dalam jumlah personel aktif, armada angkatan darat, dan sumber daya nasional, sementara Israel unggul dalam angkatan udara dan keuntungan geografis.
Namun, Israel memiliki teknologi yang lebih maju, sementara Iran mengandalkan suplai militer yang murah namun efektif. Israel dilengkapi dengan sistem pertahanan udara yang mampu menangkal rudal dan drone Iran.
Reaksi internasional terhadap serangan Iran beragam. PBB mengutuk serangan tersebut dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri. AS menjanjikan tanggapan diplomatik dan tetap mendukung keamanan Israel, meskipun tidak berpartisipasi dalam tindakan ofensif terhadap Iran.
Arab Saudi juga meminta semua pihak untuk menahan diri, sementara China menyatakan keprihatinan dan menyerukan ketenangan untuk menghindari eskalasi lebih lanjut. Indonesia juga menyatakan keprihatinan dan menyerukan tindakan Dewan Keamanan PBB untuk meredakan ketegangan.
Semua pihak berharap konflik ini tidak meluas dan berdampak negatif pada perekonomian global, termasuk Indonesia.