Jakarta, 23 April 2024 – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan pada bulan April 2024. Pelemahan ini cukup mengkhawatirkan bagi sebagian pihak, mengingat trauma krisis moneter 1998 yang masih membekas.
Pada awal pekan ini, Rupiah terpantau dibuka di 16.215 per dolar AS pada Senin (22/4/2024). Pelemahan terdalam terjadi pada 17 April 2024, di mana Rupiah sempat menyentuh angka 16.265 per dolar AS. Pelemahan ini merupakan yang terdalam dalam 4 tahun terakhir.
Kondisi ini kembali memicu kekhawatiran akan terulangnya krisis moneter 1998. Namun, pemerintah dan para ekonom meyakinkan bahwa situasi saat ini berbeda dengan tahun 1998.
Faktor Eksternal dan Fundamental yang Kuat
Depresi Rupiah pada 2024 ini dipicu oleh faktor eksternal, seperti sikap Bank Sentral AS yang dinilai bimbang perihal suku bunga dan ketegangan di Timur Tengah. Faktor-faktor ini memicu penguatan dolar AS dan melemahnya mata uang berbagai negara, termasuk Rupiah.
Di sisi lain, fundamental ekonomi Indonesia masih tergolong kuat. Cadangan devisa masih besar, mencapai 136 miliar dolar AS, setara dengan nilai impor selama 6,5 bulan. Inflasi pun terjaga dengan baik dibandingkan dengan tahun 1998. Rasio utang Indonesia juga tergolong sehat.
“Pada tahun 1998, pelemahan Rupiah lebih disebabkan oleh faktor domestik yang rapuh,” ujar seorang ekonom. “Namun, di tahun 2024, depresi Rupiah terjadi akibat faktor eksternal.”
Pemerintah Siap Menghadapi Pelemahan Rupiah
Pemerintah telah menyiapkan berbagai langkah untuk menghadapi pelemahan Rupiah. Salah satunya adalah dengan menggunakan APBN sebagai bantalan.
“Kita tidak perlu khawatir dalam memandang pelemahan nilai tukar Rupiah,” ujar seorang pejabat pemerintah. “Kita monitor dulu karena ini bukan sesuatu yang kita respon berdasarkan daily basis.”
Pemerintah juga meminta semua pihak untuk tidak panik. “Kita masih memiliki cadangan devisa yang besar dan fundamental ekonomi kita kuat,” lanjut pejabat tersebut.
Kesimpulan
Meskipun Rupiah mengalami pelemahan, namun fundamental ekonomi Indonesia masih tergolong kuat. Pemerintah pun telah menyiapkan berbagai langkah untuk menghadapi situasi ini. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu panik dan tetap optimis terhadap ekonomi Indonesia.